Hari demi hari terus berlalu, dan tiada terasa sudah lebih dari separuh puasa tahun ini kita lewati.Bagi kami orang perantau,...........hari raya Idul Fitri merupakan hari yang sangat di nanti-nantikan, (bagaimana tidak),......... di hari itu kami akan pulang kampung dan bersilaturahmi dengan orang tua, keluarga, serta sanak saudara yang lama tidak bersua, adalah moment yang sangat membahagiakan dimana kami bisa berbagi cerita dan berbagi tawa dengan orang-orang yang sangat berarti bagi hidup kita setelah selama satu tahun tidak bersua.
Bagi orang asli Jakarta atau kota besar lain yang menjadi pusat industri, mungkin pulang kampung adalah hal yang biasa saja, tapi bagi kami mudik merupakan hal yang sangat luar biasa.
Semua hal akan kami lakukan (tentunya dalam koridor positif) untuk dapat Mudik saat hari raya Idul Fitri, tidak peduli harus naik motor dengan jarak beratus-ratus kilometer, berdesak-desakan dalam kereta ekonomi, maupun harus mengemudikan bajaj lintas propinsipun tidak akan menjadi masalah bagi kami, tidak jarang kami harus menghadapi maut untuk sekedar bisa berkumpul dengan keluarga di hari raya Idul Fitri.
Itulah realita yang ada,...............biarpun pemerintah sudah memberikan himbauan untuk tidak memakai motor, tapi tetap saja himbauan ini tidak akan mengurangi hasrat kami untuk pulang kampung.Mungkin Mudik merupakan hal yang Naif bagi sebagian orang, tapi bagi kami kerja 11 bulan akan hambar rasanya jika hari raya Idul Fitri tidak bisa pulang dan kumpul dengan keluarga di kampung.
Akhirnya walaupun sekarang belum waktunya, saya mewakili kaum perantau di Jakarta mengucapkan "Selamat Hari Raya Idul Fitri, Kiranya Mohon Maaf Lahir dan Bathin,........................."